Aku tak masuk menemani ayah ke dalam ruangan, ku bilang padanya bahwa aku menunggunya di kantin Rumah Sakit. Ah! Aku harus membongkar ini pada kalian, kalau aku adalah wanita yang sangat tak bisa menahan lapar. Menurutku, makanan dan minuman adalah teman terbaik yang tak akan menyakitimu. Kalau kau bandingkan dia dengan lelaki paling manis sekalipun, hahaha, mereka harus berlutut, kalau makanan jauh lebih seksi dari pada dirinya.
Ku pesan nasi goreng dan es teh manis yang tak ada duanya. Kemudian, ku duduk di pojok, di sana hanya ada satu meja dan dua kursi berhadapan. Akhirnya, kunikmati juga makanan yang sangat ku cintai ini.
[ ]
"Uhuk," sesaat aku tersedak setelah melihat lelaki yang tiba-tiba duduk dibangku kosong depanku.
"Eh, kenapa? Keselek? Duh duh duh, cewek cantik masa keselek," katannya enteng.
"Siapa kamu?! Harus ya kamu duduk di sini? Kamu gak liat ada berjuta-juta bangku kosong di sini," kataku yang sensi mendengar ucapannya.
"Ya ampun, sampai berjuta-juta apa? Kamu tuh harusnya berterima kasih, aku temenin biar gak sendiri," katanya sambil melahap sosis bakar miliknya.
"Terima kasih? Kenal aja enggak, dibantuin juga aku gak ngerasa. Pergi sana!" kataku yang melupakan makanan tercinta.
"Kalau ban mobil kamu bocor, terus ada orang lain bantuin. Kamu gak ngucap terima kasih dong? Kan kamu gak kenal." katanya memberi pelajaran.
"Beda lah! Aku tuh gak merasa kamu bantuin," kataku yang kemudian berdiri dan pindah ke tempat duduk lain.
"Kok pindah? Emang di sana ada siapa?" katanya yang mengikuti aku pindah.
"Kamu ngapain sih ikutin aku? Kita tuh gak kenal ya!" kataku yang kembali meluap.
"Yaudah, kenalan lah. Aku Fijo, idaman kamu." katanya seperti tak tahu malu.
"Dih, siapa kamu siapa aku." kataku yang meninggalkan kantin karena muak dengannya.
[ ]
Untunglah setelah aku pergi dia tak mengikuti. Sekarang aku duduk di ruang tunggu, ini akan menjadi lama. Sebab aku hanya makan 4 suap sebelum lelaki itu datang, siapa namanya tadi? Fijo? Ha! Seperti lumut berwarna Fijo.
"Di sini kamu rupanya! Aku cariin, nih makanan sama minuman kamu. Mubazir tau kalau bersisa," katanya yang tiba-tiba lagi muncul membawa makananku yang, Ya Tuhan, dia bungkus ini!
"Ngapain lagi kamu di sini? Kenapa sih ngikutin aku?" kataku sambil melihatnya makan makanannya yang dibungkus juga.
"Nganterin makanan kamu, yang mengidam-idamkan aku." katanya menggila.
"Udah deh, kita tuh gak kenal! Kamu bisa pergi sekarang." kataku yang, ah, sudahlah.
"Kamu gak sedih apa aku tinggalin?" katanya menatapku serius.
"Ya, enggaklah! Sana pergi atau aku panggil pak satpam kalau kamu gak pergi-pergi." kataku mengancam
"Asal kau tahu saja satpam itu ayahku dan kurasa kau akan percuma bilang. Tapi, yasudahlah, kalau kau menyuruhku pergi." katanya lemas.
"Bagus deh kalau mau pergi," kataku yang juga penasaran, apa pak satpam itu ayahnya?
"Oiya, yang mau aku ingatkan. Kau harus ingat, bahwa aku Fijo, idamanmu." katanya yang lalu menghilang.
Comments
Post a Comment